Assalamu'alaikum Wr. Wb.

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.
Selamat datang di blog saya, silahkan baca dan download jika bermanfaat.

Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net
Rabu, 11 Mei 2011

postheadericon Isti'jal ?

ISTI'JAL

Menurut bahasa, kata isti’jal, i’jal, dan ta’ajul memiliki satu arti, yaitu : menuntut sesuatu dikerjakan atau diselesaikan dengan cepat atau segera. Sedangkan menurut istilah para penggiat amal Islam ialah : mengubah kondisi atau realita kehidupan kaum Muslimin dalam waktu sekejap, atau kurang dari sekejap mata tanpa memperhatikan situasi dan kondisi, dan tanpa persiapan yang matang dengan segala uslub (metode) dan wasilahnya.

A’jalah dan isti’jal (menggesa) ini merupakan tabiat manusia sebagaimana kesaksian penciptanya.
“Dan manusia berdoa untuk kejahatan, sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Karena manusia sifatnya tergesa-gesa.” (Al Isra’ : 11).
“Manusia diciptakan bertabiat ingin segera..” (Al Anbiya : 37).

Indikasi Isti’jal

Isti’jal dapat terwujud dalam beberapa bentuk perbuatan antara lain :
  1. Merekrut banyak orang untuk menjadi kafilah juru dakwah atau penggiat amal Islam sebelum diketahui kredibilitasnya, kemampuannya, persiapan serta kesiapannya.
  2. Mengangkat sebagian juru dakwah ke tempat yang tinggi sebelum matang dengan sempurna dan sebelum lurus kepribadiannya.
  3. Melakukan tindakan-tindakan secara gegabah yang membahayakan dakwah dan tidak berfaedah.

Akibat-akibat Isti’jal

Semua bentuk isti’jal yang disebutkan diatas mempunyai dampak dan akibat sebagai berikut:

  1. Menyebabkan futur, loyo, lemah, malas, patah semangat bahkan menjadi predator penggiat amal Islam.
  2. Dapat menyebabkan kematian yang tidak terhormat.
  3. Menjadikan pekerjaan tersia-sia, atau paling tidak, mengalami kemunduran hingga berpuluh-puluh tahun.

Hal ini disebabkan, isti’jal selalu mengotori kehidupan, menyulut pertumpahan darah, menguras harta, melecehkan harga diri, dan menambah batu-batu dan rintangan di tengah jalan.

Sebab-sebab Isti’jal

Kalau demikian akibat yang ditimbulkan oleh isti’jal, maka haruslah diketahui faktor-faktor yang menyebabkan isti’jal itu, sehingga dapat ditentukan pula langkah-langkah terapinya. Nah, apakah gerangan sesungguhnya faktor-faktor yang menyebabkan isti’jal itu? Sesungguhnya penyebabnya banyak sekali antara lain :

  1. Dorongan nafsu.
Ada kalanya dorongan nafsu menjadi penyebab terjadinya isti’jal. Sebab isti’jal sudah merupakan tabiat yang ada dalam diri manusia. Jika penggiat amal Islam tidakberusaha mengekang dirinya (nafsunya) dan tidak mengendalikannya dengan akal yang sehat, serta tidak mengerem gejolaknya, sudah tentu hal ini akan mendorongnya bersikap isti’jal.
  1. Semangat yang menggebu-gebu atau iman yang menyala-nyala.
Hal ini disebabkan keimanan itu bila sudah kuat dan menghujam kokoh dalam qalbu akan menumbuhkan kekuatan yang besar dan semangat yang menggebu-gebu. Apabila tidak dikendalikan dan diarahkan akan dapat mendorong yang bersangkutan untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang kurang terkontrol sehingga menimbulkan madharat yang lebih banyak daripada manfaatnya. Ini barangkali rahasia Allah memberikan pengarahan kepada Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat agar bersabar, tabah, dan teguh menanggung beban dan penderitaan.
  1. Tabiat waktu.
Hal ini disebabkan kita hidup dalam kurun waktu yang terasa begitu cepat berlalu dan segala sesuatu bergerak begitu cepat.
  1. Karena Musuh-musuh Islam
Ada kalanya ulah musuh-musuh Islam memicu terjadinya isti’jal. Sebab, sekarang ini tiada hari yang sunyi dari uasaha-usaha musuh Islam untuk menguasai dunia Islam. Musuh Islam akan membungkam semua suara yang hendak mengumandangkan kebebasan dan kemerdekaan.
  1. Tidak mengetahui taktik musuh Islam
Ketidaktahuan terhadap taktik dan strategi musuh kadang-kadang menjadi pemicu isti’jal. Taktik yang paling membahayakan dan memperdayakan ialah segolongan dari musuh Islam menyatakan keIslamannya kepada kaum muslimin dan menyembunyikan kekafiran, dendam, dan kesesatan dalam qalbu.
  1. Banyak kemungkaran tetapi tidak tahu metode untuk mengubahnya.
Sebab sekarang ini manusia dikepung oleh kemungkaran-kemungkaran dari segala penjuru dunia, sedang orang muslim yang melihat suatu kemungkaran berkewajiaban memberantasnya dan mengubahnya, supaya tidak terjadi kerusakan. Perlu diketahui, bahwa tidak setiap kemungkaran harus diberantas sekaligus dan serta merta, melainkan dengan syarat bahwa pemberantasan itu jangan sampai mendatangkan kemungkaran atau kerusakan yang lebih besar.
  1. Tidak mampu menangung beban dan penderitaan.
Hal ini disebabkan sebagian penggiat amal Islam memiliki keberanian dan semangat yang tinggi untuk melakukan amalan yang bersifat berkala, meskipun dalam melaksanakannya ia menghadapi bahaya maut. Tetapi di balik itu ia tidak memiliki kemampuan untuk menanggung beban dan penderitaan di jalan perjuangan dalam waktu yang panjang. Padahal, keperwiraan yang sebenarnya ialah yang disertai dengan kesabaran, keuletan, ketabahan, dan kesungguhan sampai akhir hayat. Karena itu engkau lihat dia selalu terburu-buru agar segera dapat menyelesaikan tugas dan terlepas dari beban.
  1. Karena mengandalkan sebagian persiapan dan sarana dengan tidak memperhitungkan akibatnya.
  2. Tidak adanya program yang matang untuk mengendalikan potensi yang ada.
  3. Bekerja dengan tidak bercermin kepada orang yang lebih mengerti dan lebih berpengalaman.
  4. Melupakan sunnah Allah terhadap semesta, terhadap nafs (jiwa), dan terhadap tasyri’ (pembuatan peraturan).
  5. Melupakan tujuan yang hendak di capai orang muslim.
  6. Melupakan sunnah Allah terhadap para pelanggar dan orang-orang yang mendustakan.
  7. Bersahabat dengan orang-orang yang biasa terburu-buru.

Jalan Untuk Mengobati Isti’jal

  1. Memperhatikan bekas-bekas dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh isti’jal. Karena, yang demikian itu akan menimbulkan ketenangan dan menghasung orang untuk tidak menggesa dalam mengerjakan sesuatu.
  2. Selalu memperhatikan kitab Allah Azza wa Jalla. Pengetahuan terhadap sunnah Allah ini akan menjadikan jiwa tenang dan menolongnya untuk bersikap cermat, hati-hati, tidak menggesa, dan penuh pertimbangan.
  3. Rajin menelaah sunnah dan sirah Nabawiyyah. Karena dengan begitu kita akan mengetahui bagaimana ujian dan penderitaan yang dihadapi Rasulullah saw. Bagaimana beliau bersabar dan tabah serta tidak beristi’jal.
  4. Mengkaji kitab-kitab tarikh dan biografi ulama-ulama salaf dan mujahid-mujahid Islam tempo dulu.
  5. Bertindak di bawah bimbingan orang-orang berpengetahuan dan berpengalaman.
  6. Bertindak sesaui dengan manhaj dan terprogram, jelas dasarnya, dan tertentu tujuannya serta meliputi semua aspek kehidupan.
  7. Memahami dengan baik, dan cermat terhadap program, langkah dan metode musuh-musuh islam.
  8. Tidak takut dikuasai musuh, juga tidak mengkhawatirkan bahwa mereka akan menguasai dunia Islam. Sebab, kekuasaan mereka akan lenyap entah kapan waktunya, sedang yang demikian itu bagi Allah tidaklah sulit.
  9. Berjuang untuk mengendalikan nafsu dan melatihnya bersikap cermat, hati-hati, tidak terburu-buru, dan selalu mempertimbangkan sesuatu.
  10. Selalu mengingat tujuan atau sasaran yang karenanya seorang penggiat amal Islam dapat hidup secara Islam.
  11. Selalu mengingat posisi orang muslim terhadap kemungkaran dan uslub (metode) untuk mengubah kemungkaran tersebut.

Sesungguhnya medan perkataan bukanlah medan khayalan, medan perbuatan bukanlah medan perkataan, medan jihad berbeda dengan medan amal, dan medan jihad yang benar tidak sama dengan medan perjuangan yang keliru. Mudah sekali bagi kebanyakan orang untuk mengkhayal, tetapi tidak semua pengkhayal dapat mengemukakan dengan lisannya apa yang digambarkan dalam qalbunya. Banyak sekali orang yang mampu mengucapkan apa yang mereka khayalkan, tetapi sedikit sekali di antara mereka yang teguh ketika memasuki medan amal perbuatan. Banyak juga diantara mereka yang sedikit ini untuk berbuat, tetapi sedikit sekali diantara mereka yang mampu memikul beban perjuangan yang berat dan pekerjaan yang sulit. Mujahid-mujahid pilihan yang sedikit jumlahnya itu kadang-kadang juga salah jalan dan tidak tepat sasaran, jika tidak dibarengi dengan inayah (pertolongan) Allah. (snd)

Referensi :
Terapi Mental Aktifis Harakah, Dr. Sayyid Muhammad Nuh, Pustaka Mantiq, 1993, Solo.

0 komentar:

Entri Populer

Jam Bismillah

UTAMA

About Me

Foto Saya
Abu Ghibran Al Ghifari
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut